ISU ETIKA SIGNIFIKAN DALAM DUNIA BISNIS DAN PROFESI
Tugas ke-3 Etika Profesi Akuntansi
ISU ETIKA SIGNIFIKAN DALAM DUNIA BISNIS DAN PROFESI
LATAR BELAKANG DUNIA BISNIS
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika
bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus
ditempuh?
Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan
segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian
suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor
perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi.
Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak
menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat.
Tindakan mark-up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat,
tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan
segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika bisnis.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan
main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek
bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnisyang
dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari
elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang
maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada
norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang
tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan
bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis
terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat
dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola
hubunganyang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara,
tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan
dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia
itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukumyang
melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta
perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain
yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada
pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main
dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
Salah satu contoh yang selanjutnya menjadi masalah bagi pemerintah
dan dunia usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni
menyebabkan beberapa produk nasional terkena batasan di pasar internasional.
Contoh lain adalah produk-produk hasil hutanyang mendapat protes keras karena
pengusaha Indonesia dinilai tidak memperhatikan kelangsungan sumber alam yang
sangat berharga.
Benturan Kepentingan ( Conflict of Interest )
Benturan
kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan
kepentingan ekonomis pribadi Direktur, Komisaris atau pemegang saham utama di
suatu perusahaan. Benturan kepentingan ini dapat dikategorikan menjadi 8 jenis
situasi sebagai berikut.
a. Segala konsultasi atau
hubungan lain yang signifikan atau berkeinginan mengambil andil di dalam
aktivitas pemasok, pelanggan atau pesaing ( competitor ).
b. Segala kepentingan
pribadi yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan.
c. Segala hubungan bisnis
atas nama perusahaan dengan personal yang masih ada hubungan keluarga (family )
dengan perusahaan yang dikontrol oleh personal tersebut.
d. Segala posisi dimana
karyawan dan pimpinan perusahaan mempunyai pengaruh ( control ) terhadap
evaluasi hasil pekerjaan atau kompensasi dari personal yang masih ada hubungan
keluarga.
e. Segala penggunaan
pribadi maupun berbagai informasi rahasia perusahaan demi suatu kepentingan
pribadi, seperti anjuran untuk membeli atau menjual barang atau produk milik
perusahaan yang didasarkan atas informasi rahasia tersebut.
f. Segala penjualan atau
pembelian perusahaan yang menguntungkan pribadi.
g. Segala penerimaan dari
keuntungan seseorang atau organisasi atau pihak ketiga yang berhubungan dengan
perusahaan.
h. Segala aktivitas yang
berkaitan dengan insider trading atas perusahaan yang telah go public yang
merugikan pihak lain.
ETIKA DALAM DUNIA KERJA
Dunia kerja memang menyimpan banyak sisi, secara positif orang
memang menaruh harapan dari dunia kerja yaitu untuk memenuhi keperluan
hidupnya. Namun tuntutan pekerjaan pun bila tidak dihadapi dengan baik dapat
membawa tekanan bagi pekerja sendiri. Menyikapi hal tersebut mungkin ada
hubungannya dengan fenomena maraknya kegiatan eksekutif bisnis mendalami
nilai-nilai agama. Mereka mengikuti aktivitas keagamaan seperti tasawuf,
kebaktian bersama dan lainnya untuk mengkaji dan mengaplikasikan nilai-nilai
luhur yang selama ini kerap hilang dari dunia kerja.Kemerosotan nilai dalam
dunia kerja juga diakui oleh ahli filsafat Franz Magnis Suseno, bahwa etika
dalam tempat kerja mulai tergeser oleh kepentingan pencapaian keuntungan
secepat-cepatnya. Eika sudah tidak ada lagi dan kegiatan ekonomi hanya
dimaknakan sebagai usaha mencari uang dengan cepat. Akibatnya, perusahaan
memberlakukan karyawan dengan buruk dan tidak menghormati setiap pribadi.Etika
dalam profesionalisme bisnis. Ada dua hal yang terkandung dalam etika bisnis
yaitu kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan diterjemahkan kepada
bagaimana mengembalikan kejujuran dalam dunia kerja dan menolak stigma lama
bahwa kepintaran berbisnis diukur dari kelihaian daya saing. Sedangkan tanggung
jawab diarahkan atas mutu output sehingga insan bisnis jangan puas hanya
terhadap kualitas kerja yang asal-asalan.Dalam pandangan rasional tentang
perusahaan, kewajiban moral utama pegawai adalah untuk bekerja mencapai tujuan
perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan yang mungkin mengancam tujuan
tersebut. Jadi, bersikap tidak etis berarti menyimpang dari tujuan-tujuan
tersebut dan berusaha meraih kepentingan sendiri dalam cara-cara yang jika
melanggar hukum dapat dinyatakan sebagai salah satu bentuk “kejahatan kerah
putih”.
Aktivitas Bisnis Internasional – Masalah Budaya
Seorang pemimpin
memiliki peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan. Hal itu bukanlah
sesuatu yang kabur dan hambar, melainkan sebuah gambaran jelas dan konkrit.
Jadi, budaya itu adalah tingkah laku, yaitu cara individu bertingkah laku dalam
mereka melakukan sesuatu. Tidaklah mengherankan, bila sama-sama kita telaah
kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang dengan
fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan. Giliran situasinya dibalik dengan
perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu
semua karena SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu. Mereka sendirilah
yang membentuk budaya itu (masalah budaya). Semua karena percontohan, penularan
dan panutan dari masing-masing pemimpin. Maka timbul paradigma, mengubah budaya
perusahaan itu sendiri. Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan
terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan
seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat
mendorong terciptanya prilaku. Dan sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya
prilaku yang tidak etis.
Akuntabilitas Sosial
Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara lain :
Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan
manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang
berkaitan dengan produksi suatu perusahaan
Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan
terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial social accounting,
social auditing.
Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat
menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan
keuntungan sosial suatu perusahaan.
Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi
lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran kontribusi dan kerugian. Prosesnya
terdiri dari atas tiga langkah, diantaranya:
1. Menentukan
biaya dan manfaat social
Sistem nilai masyarakat merupakan faktor penting dari manfaat dan
biaya sosial. Masalah nilai diasumsikan dapat diatasi dengan menggunakan
beberapa jenis standar masyarakat dan mengidentifikasikan kontribusi dan
kerugian secara spesifik
2. Kuantifikasi
terhadap biaya dan manfaat
Saat aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial
ditentukan dan kerugian serta kontribusi
3. Menempatkan
nilai moneter pada jumlah akhir.
Tanggung Jawab Sosial Bisnis Dunia bisnis hidup ditengah-tengah
masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu ada suatu tanggungjawab social yang dipikul oleh bisnis. Banyak
kritik dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis yang kurang memperhatikan
lingkungan.
Banyak timbul perbedaan pendapat mengenai bahwa tanggungjawab
bisnis hanya terbatas sampai menghasilakan barang dan jasa buat konsumen dengan
harga yang murah, atau juga ada yang mengatakan tanggungjawab bisnis adalah
jangan mengambil keuntungan besar, tetapi yang sewajarnya.
Dalam dunia bisnis juga semua orang tidak mengharapkan memperoleh
perlakuan tidak jujur dari sesamanya, banyak praktik manipulasi tidak akan
terjadi jika dilandasi dengan moral tinggi. Moral dan tingkat kejujuran rendah
akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri, karena masalahnya nilai
etika hanya ada di dalam hati nurani seseorang.
Manajemen Krisis
Krisis merupakan
suatu kejadian besar dan tidak terduga yang memiliki potensi untuk berdampak
negatif maupun positif. Kejadian ini bisa saja menghancurkan organisasi,
karyawan, produk, jasa, kondisi keuangan dan reputasi . Krisis merupakan
keadaan yang tidak stabil dimana perubahan yang cukup menentukan mengancam,
baik perubahan yang tidak diharapkan ataupun perubahan yang diharapkan akan
memberikan hasil yang lebih baik . Organisasi yang memikirkan dampak negatif
yang mungkin ditimbulkan dari suatu krisis akan berusaha untuk mempersiapkan
diri sebelum krisis tersebut terjadi. Bahkan ada peluang dimana organisasi
dapat mengubah krisis menjadi suatu kesempatan untuk memperoleh dukungan
publik. Sebab, krisis terjadi apabila ada benturan kepentingan antara
organisasi dengan publiknya. Secara umum, dapat dijelaskan bahwa penyebab
krisis adalah.
· Sebab umum : 1. gangguan kesejahtraan dan rasa aman.
2.
tanggung jawab sosial diabaikan.
· Sebab khusus 1. kesalahan pengelola yang mengganggu lapisan
bawah.
2.
penurunan profit yang tajam.
3.
penyelewengan.
4.
perubahan permintaan pasar.
5. kegagalan atau penarikan produk.
6.
regulasi dan deregulasi.
7.
kecelakaan atau bencana alam.
Suatu krisis
menurut pendapat Steven Fink (1986) dapat dikategorikan kedalam empat level
perkembangan, yakni :
1. Masa pre-krisis
Suatu krisis
yang besar biasanya telah didahului oleh suatu pertanda bahwa bakal ada krisis
yang terjadi. Masa terjadinya atau munculnya pertanda ini disebut masa
pre-krisis.Seringkali tanda-tanda ini oleh karyawan yang bertugas sudah
disampaikan kepada pejabat yang berwenang, tetapi oleh pejabat yang berwenang
tidak ditanggapi. Oleh karena sipelapor merasa laporannya tidak ditanggapi dia
ikut diam saja. Bila keadaan yang lebih buruk terjadi dia lebih baik memilih
diam daripada laporan dia tidak ditanggapi. Kasus terjadinya kebocoran gas
racun pabrik Union Carbide di Bhopal, India (terkenal dengan nama tragedy
Bhopal) yang merenggut lebih dari 2000 jiwa, telah diantisipasi oleh petugas.
Kebocoran yang terjadi di pabrik Union Carbide di tempat lain tidak diteruskan
ke pabrik di Bhopal. Laporan yang tidak disampaikan itu menyebabkan terjadinya
malapetaka tersebut.Cukup sering terjadi, malapetaka yang besar sudah deketahui
gejalanya oleh orang yang berwenang, tetapi didiamkan saja tanpa diambil
tindakan. Kalau sekiranya tindakan koreksi segera diambil maka kejadian yang
akibatnya fatal tersebut dapat dihindarkan. Mengatasi krisis yang paling baik
adalah disaat pre-krisis ini terjadi. Seringkali suatu krisis sudah
diantisipasi bakal terjadi, namun tidak ada cara untuk menghindarinya. Misalnya
kasus kapal di laut yang akan dilanda oleh topan, dan tidak ada jalan keluar
kecuali menghadapi topan tersebut. Namun oleh karena sudah diantisipasi
terjadinya, sang nakhoda akan lebih siap menghadapi krisis tersebut. Misalnya mengarahkan
kapalnya ke batu karang. Dari contoh ini kita dapat menarik pelajaran bahwa
menghadapi krisis yang tidak terelakkan bila kita sudah tahu, kita akan lebih
siap.
2. Masa Krisis Akut
(Acute stage).
Bila pre-krisis
tidak dideteksi dan tidak diambil tindakan yang sesuai maka masa yang paling
ditakuti akan terjadi. Kasus biskuit beracun setelah korban berjatuhan,
misalnya cepat sekali mendapat sorotan media massa sebagai suatu berita yang
hangat dan masuk halaman pertama. Keadaan yang demikian akan menimbulkan
suasana yang paling kritis bagi perusahaan, khususnya bagi perusahaan yang
produknya tercemar racun. Informasi tersebut berkembang dengan cepat dikalangan
masyarakat dari mulut ke mulut. Setelah itu berkembang masalah baru berupa ‘rumor’
bahwa banyak makanan lain yang ikut tercemar. Beberapa bahan makanan yang
dilaporkan tercemar racun adalah minyak goreng, bakso, bakmi, rokok, dan
beberapa jenis jajanan pasar. Memang isu keracunan ini akan merembet ke makanan
yang sejenis Hal ini disebut dengan proses generalisasi. Fenomena generalisasi
ini juga terjadi pada pabrik yang mempunyai cabang di tempat lain, atau pabrik
yang memproduksi barang yang hampir sama.
3. Masa kronis krisis.
Masa ini adalah
masa pembersihan akibat dari krisis akut. Masa ini adalah masa recovery, masa
mengintrospeksi kenapa krisis sampai terjadi. Masa ini bagi mereka yang gagal
total menangani krisis adalah masa kegoncangan manajemen atau masa kebangkrutan
perusahaan. Bagi mereka yang bisa menangani krisis dengan baik ini adalah masa
yang menenangkan.Masa kronis berlangsung panjang, tergantung pada jenis krisis.
Masa kronis adalah masa pengembalian kepercayaan publik terhadap perusahaan.
4. Masa kesembuhan dari krisis.
Masa ini adalah
masa perusahaan sehat kembali seperti keadaan sediakala. Pada fase ini
perusahaan akan semakin sadar bahwa krisis dapat terjadi sewaktu-waktu dan
lebih mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
SUMBER :
Mulyadi.
2002. Auditing. Jakarta: Salemba
Empat.
Robiatul Auliyah. Sociological Perspective on Auditing:
Postmodernisme Perspective Internal Auditor dan Dilema Etika. No 1 Vol 4. April
2011
Silvia Syahraini . Pemetaan Perilaku Mahasiswa Ekonomi Ditinjau
dari Perspektif Etika Teleologi. 2010
Isnanto, R. Rizal.2009. Buku ajar etika profesi. Semarang:
Universitas
Qohar, Drs.H Adnan.2012. Jurnal pengertian etika dan profesi
hukum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar